Perjalanan ke Dili, Timor Leste

Untuk keperluan koordinasi dengan calon klien masalah training plan perusahaannya, Alhamdulillah aku dapat kesempatan untuk berkunjung ke Dili, Timor Leste. Sekarang mah luar negeri ...

Negeri ini jumlah penduduknya cuma 1 juta orang, 70 persen tinggal di Dili. 
Sebagai negara baru nan kecil, timor leste belum memiliki mata uang sendiri, jadi mata uang yang dipakai adalah USD, ada juga sih koin lokal namanya centavos 1 centavos = 1 sen usd. Sebelum berangkat kami menurkarnya di konter Bank Mandiri Bandara Ngurah rai. Rate-nya bagus kok daripada di money changer di parkiran bandara.


Diatas Bali
Berangkat dari Bandung - Dps menggunakan Citilink sore, nginap dulu di DPS untuk lanjut besok paginya pakai Sriwijaya Dps-Dil jam 08.10.

Tiba di Bandara Nicola Lobato, penumpang mengantri visa on arrival. Sudah harus siap dengan biaya visanya USD 35 bayar di tempat. Menurut cerita dari petugas Sriwijaya air ngurah rai, buat yang pertama kali datang ke Dili atau bahkan pertama kali keluar negeri, maka mereka akan men-charge extra dan ditanya macam-macam. Untuk orang seperti itu, perlu dipastikan ada yang jemput.





Hasil browsing di booking.com, akhirnya kami memilih menginap di hotel Lecidere, hotelnya bersih, sederhana mungkin sekelas melati kali, pemiliknya Timorese keturunan china indonesia yang lama di Australia, harganya $55. Cukup rekomended utk yang mau berhemat. Kalo di Indonesia, hotel harga 700ribu sudah bisa dapat yang bintang 3 kali ya.. kalo disini dapatnya losmen melati 3, tapi yang penting aman & bersih lah..

Pantai Lecidere nan indah


Sebagai negara baru dengan mata uang USD, biaya hidup di negeri ini cukup terasa mahal. Makan bakso sekitar $4, burger $5, air mineral 600ml sekitar $1.2. Beda jauh khan..? Mungkin karena sebagian besar barang konsumen ini impor dari Australia dan Indonesia. Kena biaya pajak, ongkos angkut dll shg jatuhnya mahal. Yang aneh, sebagai negara pulau, ikan disini mahal, katanya karena tidak banyak orang yang mau jadi nelayan #aneh, kebanyakan profesi mereka kalo tidak pegawai. ya petani.


Tingkat penganggurannya 20%, masih banyak yang buta huruf. UMR disini sekitar $140, gaji S1 freshgraduate $300-400. Lumayan berat untuk hidup dengan harga diatas ya..

Taxi disini tidak ada yang pakai argo, harganya tawar-menawar. Rasanya tidak ada yg pakai AC, tapi sebagai gantinya pas penumpang naik, mereka pasang musik kuat-kuat e... *tutup telinga*

Sayang, karena disana cuma 3 hari dan full di kantor klien, kami tidak sempat jalan2 selain ke pantai pasir putih. Itupun malam. Mudah2an ada kesempatan kesana lagi, meng-explore keindahan tanah timor lorosae, katanya ada spot snorkling yang bagus. 







Comments

Popular posts from this blog

Washington 2017 - 1st story

Wisata Museum Linggarjati Kuningan

Mengenal Anatomi Sepatu